Minggu siang ini aku memilih untuk tidak kemana - mana. Begitu lelah dengan aktifitasku selama enam hari di sekolah membuatku lebih memilih untuk tetap di rumah ketimbang jalan - jalan atau ngumpul - ngumpul bersama teman - teman dekatku. Terlebih minggu ini adalah minggu terberat dibanding minggu - minggu sebelumnya sejak awal tahun ajaran baru aku duduk di bangku 2 SMA.
Segala hal - hal mengenai pelantikan OSIS telah menyita pikiran serta tenagaku. Namun hal itu telah menentukan status resmiku sebagai seorang sekretaris organisasi tersebut.
Merasa gerah dengan udara kamar, aku turun dari tempat tidur, berjalan ke TV dan menekan tombol off. Lalu aku beralih ke pintu balkon kamarku dan membukanya selebar mungkin. Dari balkon aku menatap lurus ke rumah yang letaknya tepat di depan rumahku. bentuk dan tipe rumah itu dan rumahku sama persis. Hanya warna cat, interior, dan bentuk tamannya saja yang berbeda.
rumah itu adalah rumah milik orangtua Gaharu, tetanggaku yang entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Mataku terbelalak ketika tidak sengaja menangkap bayangan Gaharu dari jendela rumahnya. Ia sedang tertawa bersama seorang gadis yang sepertinya tengah dekat dengan Gaharu. Entah siapa gadis itu dan apa hubungannya dengan Aru, begitu aku memanggilnya. Tapi dari jendela itu aku dapat menangkap bahwa mereka sangat dekat, dan sepertinya mereka sedang menuju ke balkon rumah Aru. Aku melompat masuk ke dalam kamar sebelum mereka tau aku memata - matai mereka.
Dari jendela kamarku aku masih bisa melihat dengan jelas bahwa mereka tertawa - tawa riang dan dengan asiknya terus saja bercanda. Aku menyipitkan mata mengamati gadis itu dan menyadari bahwa dia telah berkunjung ke rumah Aru lebih dari empat kali minggu ini. Atau nyaris setiap hari selama seminggu.
Hhh... aku terduduk lemas bersandar ke Jendela kamarku sambil berselonjor kaki. Seketika aku merasa tidak dapt berbuat apa - apa. Aku kembali teringat awal pertama aku mengenal Aru, tepatnya kurang dari dua bulan yang lalu.
Segala hal - hal mengenai pelantikan OSIS telah menyita pikiran serta tenagaku. Namun hal itu telah menentukan status resmiku sebagai seorang sekretaris organisasi tersebut.
Merasa gerah dengan udara kamar, aku turun dari tempat tidur, berjalan ke TV dan menekan tombol off. Lalu aku beralih ke pintu balkon kamarku dan membukanya selebar mungkin. Dari balkon aku menatap lurus ke rumah yang letaknya tepat di depan rumahku. bentuk dan tipe rumah itu dan rumahku sama persis. Hanya warna cat, interior, dan bentuk tamannya saja yang berbeda.
rumah itu adalah rumah milik orangtua Gaharu, tetanggaku yang entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Mataku terbelalak ketika tidak sengaja menangkap bayangan Gaharu dari jendela rumahnya. Ia sedang tertawa bersama seorang gadis yang sepertinya tengah dekat dengan Gaharu. Entah siapa gadis itu dan apa hubungannya dengan Aru, begitu aku memanggilnya. Tapi dari jendela itu aku dapat menangkap bahwa mereka sangat dekat, dan sepertinya mereka sedang menuju ke balkon rumah Aru. Aku melompat masuk ke dalam kamar sebelum mereka tau aku memata - matai mereka.
Dari jendela kamarku aku masih bisa melihat dengan jelas bahwa mereka tertawa - tawa riang dan dengan asiknya terus saja bercanda. Aku menyipitkan mata mengamati gadis itu dan menyadari bahwa dia telah berkunjung ke rumah Aru lebih dari empat kali minggu ini. Atau nyaris setiap hari selama seminggu.
Hhh... aku terduduk lemas bersandar ke Jendela kamarku sambil berselonjor kaki. Seketika aku merasa tidak dapt berbuat apa - apa. Aku kembali teringat awal pertama aku mengenal Aru, tepatnya kurang dari dua bulan yang lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar