Teman-teman pernah mendengar kata Astronom ? Atau kata Astronomi ? Kedua kata tersebut sangat berkaitan. Astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki benda dan isi jagat raya ini. Sedangkan orang yang mempelajari ilmu tersebut disebut astronom.
Kaitan astronomi dengan cabang pengetahuan alam sangat erat karena jagat raya dengan isinya merupakan laboratorium besar, yang selain untuk menguji teori juga untuk mengetahui kelakuan benda dalam alam. Kondisi-kondisi ekstrem yang sulit atau tidak mungkin diciptakan di laboratorium di bumi (seperti ruang yang sangat hampa, materi dengan kerapatan tinggi, medan gravitasi dan medan magnet yang sangat kuat) dapat diperoleh dalam alam semesta. Teori struktur dan evolusi bintang telah sukses dalam menjelaskan sumber-sumber energi dalam alam semesta serta asal mula dan proses perkembangan bintang-bintang.
Ini menunjukkan bahwa teori struktur bintang yang didasarkan pada fisika atom dan benda-benda renik lainnya dapat menjelaskan gejala-gejala alam pada skala yang besar. Medan gravitasi yang kuat di sekitar berbagai benda langit merupakan arena yang menarik untuk telaah teori relativitas umum.
Pengamatan fenomena langit sebenarnya telah dilakukan sejak zaman kuno oleh orang-orang Cina, Mesopotamia, dan Mesir. Tetapi astronomi sebagai ilmu, baru berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM.
Babak Astronomi Yunani dimulai oleh Thales pada abad ke-6 SM yang berpendapat bahwa Bumi berbentuk datar. Walaupun pada abad yang sama Phytagoras telah mengetahui bahwa Bumi berbentuk bulat, terobosan penting yang pertama dalam astronomi dilakukan oleh Aristoteles dua abad kemudian. Aristoteles menyatakan bahwa Bumi bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti ilmiah.
Terobosan yang kedua hampir dilakukan oleh Aristarchus pada abad ke-3 SM jika saja dia mempunyai cukup banyak pendukung. Aristarchus bukan saja berpendapat bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta, tetapi juga menyatakan bahwa Bumi berputar dan beredar mengelilingi Matahari (Heliosentris) yang merupakan pusat gerak langit. Namun sayang teori ini tidak mendapat tempat pada zaman itu.
Zaman Astronomi Klasik Yunani ditutup oleh Hipparchus pada abad ke-1 SM yang menyatakan bahwa Bumi yang bundar itu diam; Matahari, Bulan, dan Planet-planet mengelilingi Bumi. Sistem Geosentris ini disempurnakan oleh Ptolomeus abad ke-2 M dan lebih dikenal sebagai sistem Ptolomeus.
Lebih dari tiga belas abad konsep geosentris diterima masyarakat dunia. Pada tahun 1512 Kopernikus membuka sejarah baru dengan mengemukakan bahwa planet dan bintang bergerak mengelilingi Matahari dengan orbit lingkaran. Pada tahun 1609, Kepler mendukung gagasan tersebut dengan mengeluarkan tiga hukumnya yang selain menyebutkan bahwa Matahari adalah pusat Tata Surya, juga memperbaiki orbit planet menjadi elips.
Pada tahun yang sama, Galileo menjadi penemu teleskop yang pertama. Melalui pengamatan dengan teleskopnya, ia mendapatkan kesimpulan bahwa Bumi bukanlah pusat gerak. Penemuan teleskop oleh Galileo bukan saja membantu menguatkan konsep Heliosentris Kopernikus, tetapi juga membuka lembaran baru dalam perkembangan ilmu astronomi.
Kaitan astronomi dengan cabang pengetahuan alam sangat erat karena jagat raya dengan isinya merupakan laboratorium besar, yang selain untuk menguji teori juga untuk mengetahui kelakuan benda dalam alam. Kondisi-kondisi ekstrem yang sulit atau tidak mungkin diciptakan di laboratorium di bumi (seperti ruang yang sangat hampa, materi dengan kerapatan tinggi, medan gravitasi dan medan magnet yang sangat kuat) dapat diperoleh dalam alam semesta. Teori struktur dan evolusi bintang telah sukses dalam menjelaskan sumber-sumber energi dalam alam semesta serta asal mula dan proses perkembangan bintang-bintang.
Ini menunjukkan bahwa teori struktur bintang yang didasarkan pada fisika atom dan benda-benda renik lainnya dapat menjelaskan gejala-gejala alam pada skala yang besar. Medan gravitasi yang kuat di sekitar berbagai benda langit merupakan arena yang menarik untuk telaah teori relativitas umum.
Pengamatan fenomena langit sebenarnya telah dilakukan sejak zaman kuno oleh orang-orang Cina, Mesopotamia, dan Mesir. Tetapi astronomi sebagai ilmu, baru berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM.
Babak Astronomi Yunani dimulai oleh Thales pada abad ke-6 SM yang berpendapat bahwa Bumi berbentuk datar. Walaupun pada abad yang sama Phytagoras telah mengetahui bahwa Bumi berbentuk bulat, terobosan penting yang pertama dalam astronomi dilakukan oleh Aristoteles dua abad kemudian. Aristoteles menyatakan bahwa Bumi bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti ilmiah.
Terobosan yang kedua hampir dilakukan oleh Aristarchus pada abad ke-3 SM jika saja dia mempunyai cukup banyak pendukung. Aristarchus bukan saja berpendapat bahwa Bumi bukanlah pusat alam semesta, tetapi juga menyatakan bahwa Bumi berputar dan beredar mengelilingi Matahari (Heliosentris) yang merupakan pusat gerak langit. Namun sayang teori ini tidak mendapat tempat pada zaman itu.
Zaman Astronomi Klasik Yunani ditutup oleh Hipparchus pada abad ke-1 SM yang menyatakan bahwa Bumi yang bundar itu diam; Matahari, Bulan, dan Planet-planet mengelilingi Bumi. Sistem Geosentris ini disempurnakan oleh Ptolomeus abad ke-2 M dan lebih dikenal sebagai sistem Ptolomeus.
Lebih dari tiga belas abad konsep geosentris diterima masyarakat dunia. Pada tahun 1512 Kopernikus membuka sejarah baru dengan mengemukakan bahwa planet dan bintang bergerak mengelilingi Matahari dengan orbit lingkaran. Pada tahun 1609, Kepler mendukung gagasan tersebut dengan mengeluarkan tiga hukumnya yang selain menyebutkan bahwa Matahari adalah pusat Tata Surya, juga memperbaiki orbit planet menjadi elips.
Pada tahun yang sama, Galileo menjadi penemu teleskop yang pertama. Melalui pengamatan dengan teleskopnya, ia mendapatkan kesimpulan bahwa Bumi bukanlah pusat gerak. Penemuan teleskop oleh Galileo bukan saja membantu menguatkan konsep Heliosentris Kopernikus, tetapi juga membuka lembaran baru dalam perkembangan ilmu astronomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar